Senin, 13 April 2015

Sebenarnya saya masih belum punya banyak ide untuk menulis tentang dunia farmasi, Well, Sebut saja (Mawar) ini penafsiran subjektif sekaligus naif dari seorang mahasiswi farmasi tingkat awal.
Sebagai seorang yang hidup santai-santai dan lazy-born a.k.a malas bawaan lahir *alasan, masuk ke jurusan farmasi adalah sebuah gambling. Pertaruhan penuh resiko. Kecuali kalo kamu mau berubah, kamu gak mungkin lulus, kecuali dengan belas kasihan jika dan hanya jika dosen farmasi memang berbelas kasih. LOL -_-
Jadi gini ceritanya.
Somehow, aku tersesat (dan tak tau arah jalan pulang, aku tanpamu butiran debu) masuk ke jurusan Farmasi di satu-satunya perguruan tinggi negeri di Sumatera Selatan. Udah tau lah ya. Iya yang lambang nya bunga warna kuning itu. Ekekeke :D

Sekilas berita aja ya, gak pernah sekalipun terlintas dalam 17 tahun hidupku, untuk kuliah di farmasi. Dalam bayangan aku ya, farmasi tuh tempatnya mbak-mbak rajin menuntut ilmu, melewati hari ditemani lapisan buku dan praktikum. *bentar, eh iya apa yak? Perasaan aku gak pernah mikirin jurusan ini bahkan -> no offense, sebenernya emang aku jarang mikirin hidupku sendiri ahahaha.
Intinya, aku pikir farmasi itu sesuatu(gak-gue)banget lah.
Tapi di detik-detik terakhir hidupku, Tuhan mengarahkan aku ke arah farmasi.
Kenapa farmasi? Ya pokoknya waktu itu aku daftar-daftar aja kan, dan berhubung aku gak suka fisika, pilihan pertama langsung farmasi yang gue pikir PHYSICS-FREE lah ya. (Yahh itu mahh pemikiran tempo doeloe, karena sekarang aku tengah dibombardir dengan pelajaran Farmasi Fisika yang kapasitas aku menguasainya adalah limit mendekati nol). X_X
Dan, setelah aku sadari kalo aku bakal stay di farmasi EMPAT tahun kira-kira (Kalo lulus tepat waktu, tolong amin-kan ya pemirsa) dan since farmasi itu keprofesian (berarti bakal seumur hidup aku jalani) -> nangis bombay. Meennn, hidup gue, masa muda gue…
Anyhow, ceritanya beberapa bulan sebelum hari pertama masuk kuliah, aku coba research tentang farmasi gitu deh. Siapa tahu banyak pengalaman menarik yang bikin aku ceria menghadapi hidup. Dan bisa berpikir bahwa FARMASI gak seburuk itu.
Ternyataa…
Yang ditulisin orang-orang itu cerita duka gundah gulana mahasiswa farmasi yang layak dimuat di oh mama oh papa, yang ada tuh ya wejangan-wejangan tolak bala supaya terhindar dari masuk farmasi.
Fakta-fakta anak farmasi kayak doyan ke(lab)ing, miskin kaum pria, gak ada waktu luang, dan lain-lain[sensored].
Gee, apa salahku(kau buat begini, tak ada sedikitpun niatmu tuk serius kepadaku)? *Nangis bombay lagi.
Oke ini lebay, just leave it -_-
Tapi begitulah keterpurukan hidupku di awal-awal menjajaki farmasi.
Nah ceritanya lagi ya, aku pengen ngerasain masuk farmasi ‘beneran’, jadi ntar aku bisa komentar secara ‘beneran’ juga. Biar kalau ada anak galau masuk farmasi, aku  bisa menghibur dia dan menguatkan dia, “Nak, kamu masih bisa tetap hidup kok di farmasi. Apa? Bakalan di lab terus? Oh nggak kok, masih bisa tidur kira-kira 4-5  jam sehari lah. Makan? Ah 2 hari gak makan masih bisa hidup kan…”
^haha. exaggerating.
Begitulah saudara-saudara. Nah berhubung oh berhubung aku udah mencapai semester kedua, logikanya secara mental aku udah siap mendefenisikan apa dan bagaimana menjadi mahasiswa farmasi -versi aku lahh ya.
Haha…
Nah ceritanya aku mau melawan stereotip masyarakat a.k.a veteran mahasiswa farmasi yang nggak menganjurkan masuk farmasi. Tapi aku juga masih rada gak ikhlas gimana gitu kalo nulis ayo masuk farmasi karena masih gak ngerti logika orang normal yang beneran pengen banget masuk farmasi dalam keadaan sadarnya. Seriosly WHY?
Haha tapi jangan diambil serius ya karena aku juga mikir hal yang sama buat jurusan kayak teknik kimia, teknik industri and so on. Maksud gue, teknik kimia gitu, terus bedanya apa sama kimia dan bahkan pelajarannya jauuhhhhhh lebih susah. Tapi kan tetep kimia.
Sebagai simple minded, gua pikir pekerjaan tanpa spesifikasi dan nanggung kayak gitu, membingungkan. Bikin gue pengen nanya, TERUS ngapain?
~yaa OUT of topic deh…
Kembali ke persoalan farmasi.
Farmasi gak ada hapalan itu dusta besar. Farmasi gak ada lab dan praktikum? Itu mahh cuma kuliah di sinetron Indonesia yang notabene gak-pernah-diliatin-kuliah-dan-cuma-hurahura-aja.
Tapi hidup emang penuh perjuangan kan?
Jadi dokter, masuk fk juga gak gampang. Kuliah di teknik juga susah. Kuliah di seni, sosial, sastra, meeen semua sama aja beratnya. Manusia harus berusaha keras untuk mencapai taraf hidup lebih baik (btw taraf hidup gak meliputi harta aja loh yaa).
Nah itu penjelasan dari aku -> ya maap dah kalo gak memuaskan.
Haha, faktanya selama kamu enjoy, kamu bakalan baik-baik aja. Hidup di farmasi emang hectic, tapi gak menutup kemungkinan buat bergerak secara aktif (kok kayak iklan pembalut yakk). Banyak anak farmasi di kampus yang jago mengatur waktu dan seimbang antara akademik dan kegiatan eksternalnya(tapi bukan aku, unfortunately). 
Saya pribadi, walaupun sempat mengutuk keberadaan di farmasi, ternyata akhirnya suka juga sama Farmasi. Menurutku adalah keajaiban apa yang diciptakan Tuhan dalam bentuk interaksi kimia senyawa dan sel tubuh kita. Aku pribadi sih mikirnya, aku belajar sesuatu yang nyata, sesuatu yang terlibat dan benar-benar ada dalam pergerakan hidup kita. Seolah-olah diajarkan mengenai rahasia-rahasia kehidupan yang selama ini seakan disembunyikan dariku.
Well, emang bener banyak temen-temen juga ngeluh. Tapi pikirin deh, Ketika hapalan obat susah mampus, pikirin bahwa kita gak cuma belajar buat diri kita sendiri, tapi juga buat orang-orang yang kelak membutuhkan racikan obat dari kita, atau bahkan sekedar butuh konsultasi kesehatan.
Ya itu kan sangat mulia. Pheewiit.
Lanjut. Btw, keluhan aku juga nih, farmasi emang seret cowok. Sumpah, kuliah berasa arisan ibu-ibu(tapi aku juga ikut nimbrung sihh ehehe). aku juga bingung sih, kenapa cowok gak mau masuk farmasi sih. Menurutku nih ya kualifikasi logika kefarmasian cocok aja buat cowok. Apa karena farmasi banyak hapalan, rempong kali ya jeng buat kaum pria.
Tapi gak akhir dunia sih, sama aja kan kayak teknik yang miskin wanita. Bisa subsidi silang lah ya, hahaha.
Berhubung aku masih semester dua, jadi aku gak terlalu tahu sih soal gaji, tapi emang masyarakat mikirnya apoteker tuh kayak asisten dokter, jadi eksistensinya di rumah sakit gak signifikan. Berhubung gaji membuntuti eksistensi ya jadinya sih farmasi gajinya biasa aja. Ada yang bilang gak sebanding sama kuliahnya.
Kembali (ceramah) lagi deh, balik ke niat juga kan. Lagian sekarang gencar kok meningkatkan peran apoteker di rumah sakit, buat kontrol malpraktek juga. Menurut aku kesananya eksistensi apoteker bakal meningkat. Terus aku pernah denger juga, “Gak pada tempatnya farmasis mengharapkan gaji gede di rumah sakit, karena itu lahannya dokter. Kalo mau gaji gede ya kerja di industri, itu baru lahannya farmasis.”
Hmm, makes sense sih menurutku.
Sekarang, aku emang ga ngerti lagi cara mengatur hidup. Kamar berantakan, kapal pecah bener-bener secara definitif karena aku stress dengan keteraturan dan hanya ingin membiarkannya berantakan. Jam biologisku berubah. Aku berubah, jadi power ranger, nggak lah ya,  jadi makhluk nokturnal maksud nya. Makan gak teratur, yang ironis karena menurut pandanganku, kita yang mahasiswa kesehatan malah bikin jadi gak sehat.
Tapi aku bahagia kok. Karena aku tengah melalui hidup penuh perjuangan yang gak dialami sama semua orang. Karena aku berkesempatan mencicipi kehidupan penuh tantangan, penuh perang pemikiran.
Karena sejauh ini (nggak jauh-jauh banget sihh, baru berapa bulan doang -_-)  aku bisa bertahan dalam kehidupan sebagai mahasiswa farmasi.
Ah… (capek juga ya ngetik panjang-panjang). Pesan moral pada akhirnya adalah bersyukur. Btw, buat temen-temen yang emang beneran pengen banget jadi dokter gak papa, keep going aja, ikut tes lagi tahun ini. Kalo itu memang bener-bener tujuan hidup kalian, rengkuh. Raih. Gapai. ~jangan menyerah- D massive
Kalo aku sih, udah bahagia disini, kuliah di farmasi. Gak papa kok kuliah di farmasi, aku rapopo, beneran sumpah lah. Yaa buktinya banyak juga kan yang mau masuk tiap tahunnya, secara jadi apoteker kan mapan haha <- sendirinya niat gak bener.
Being a pharmascist is fun indeed. Mahasiswa kesehatan emang gak terlepas dari menyelamatkan kehidupan, entah itu dokter, apoteker, suster, atau apapun yaaa kan cuma beda spesifikasinya aja.
Ebuset, aku curcol nya kebanyakan yak (ini mah gak colongan lagi tapi berniatan). Haha :D
*N d last, Buat yang mau lulus SMA semangat yow

      

1 komentar: