Sebenarnya saya masih
belum punya banyak ide untuk menulis tentang dunia farmasi, Well, Sebut saja (Mawar) ini penafsiran subjektif
sekaligus naif dari seorang mahasiswi
farmasi tingkat awal.
Sebagai seorang
yang hidup santai-santai dan lazy-born a.k.a malas bawaan lahir *alasan, masuk
ke jurusan farmasi adalah sebuah gambling. Pertaruhan penuh resiko. Kecuali kalo kamu mau berubah, kamu gak mungkin
lulus, kecuali dengan belas kasihan jika dan hanya jika dosen farmasi memang
berbelas kasih. LOL -_-
Jadi gini
ceritanya.
Somehow, aku tersesat (dan tak tau arah jalan pulang, aku
tanpamu butiran debu) masuk ke jurusan Farmasi di satu-satunya perguruan tinggi
negeri di Sumatera Selatan. Udah tau lah ya. Iya yang lambang nya bunga warna
kuning itu. Ekekeke :D
Sekilas berita aja ya, gak pernah sekalipun terlintas
dalam 17 tahun hidupku, untuk kuliah di farmasi. Dalam bayangan aku ya, farmasi
tuh tempatnya mbak-mbak rajin menuntut ilmu, melewati hari ditemani lapisan
buku dan praktikum. *bentar, eh iya apa yak? Perasaan aku gak pernah mikirin
jurusan ini bahkan -> no offense, sebenernya emang aku jarang mikirin
hidupku sendiri ahahaha.
Intinya, aku pikir farmasi itu sesuatu(gak-gue)banget
lah.
Tapi di detik-detik terakhir hidupku, Tuhan mengarahkan
aku ke arah farmasi.
Kenapa farmasi? Ya pokoknya waktu itu
aku daftar-daftar aja kan, dan berhubung aku gak suka fisika, pilihan pertama
langsung farmasi yang gue pikir PHYSICS-FREE lah ya. (Yahh itu mahh pemikiran
tempo doeloe, karena sekarang aku tengah dibombardir dengan pelajaran Farmasi
Fisika yang kapasitas aku menguasainya adalah limit mendekati nol). X_X
Dan, setelah aku sadari kalo aku bakal stay di farmasi EMPAT
tahun kira-kira (Kalo lulus tepat waktu, tolong amin-kan ya pemirsa) dan since
farmasi itu keprofesian (berarti bakal seumur hidup aku jalani) -> nangis
bombay. Meennn, hidup gue, masa muda gue…
Anyhow, ceritanya beberapa bulan sebelum hari pertama
masuk kuliah, aku coba research tentang farmasi gitu deh. Siapa tahu banyak
pengalaman menarik yang bikin aku ceria menghadapi hidup. Dan bisa berpikir
bahwa FARMASI gak seburuk itu.
Ternyataa…
Yang ditulisin orang-orang itu cerita duka gundah gulana mahasiswa farmasi yang layak dimuat di oh mama oh papa, yang ada tuh ya wejangan-wejangan tolak bala supaya terhindar dari masuk farmasi.
Fakta-fakta anak farmasi kayak doyan ke(lab)ing, miskin kaum pria, gak ada waktu luang, dan lain-lain[sensored].
Yang ditulisin orang-orang itu cerita duka gundah gulana mahasiswa farmasi yang layak dimuat di oh mama oh papa, yang ada tuh ya wejangan-wejangan tolak bala supaya terhindar dari masuk farmasi.
Fakta-fakta anak farmasi kayak doyan ke(lab)ing, miskin kaum pria, gak ada waktu luang, dan lain-lain[sensored].
Gee, apa salahku(kau buat begini, tak ada sedikitpun
niatmu tuk serius kepadaku)? *Nangis bombay lagi.
Oke ini lebay, just leave it -_-
Tapi begitulah keterpurukan hidupku di awal-awal
menjajaki farmasi.
Nah ceritanya lagi ya, aku pengen ngerasain masuk farmasi ‘beneran’, jadi ntar aku bisa komentar secara ‘beneran’ juga. Biar kalau ada anak galau masuk farmasi, aku bisa menghibur dia dan menguatkan dia, “Nak, kamu masih bisa tetap hidup kok di farmasi. Apa? Bakalan di lab terus? Oh nggak kok, masih bisa tidur kira-kira 4-5 jam sehari lah. Makan? Ah 2 hari gak makan masih bisa hidup kan…”
^haha. exaggerating.
Nah ceritanya lagi ya, aku pengen ngerasain masuk farmasi ‘beneran’, jadi ntar aku bisa komentar secara ‘beneran’ juga. Biar kalau ada anak galau masuk farmasi, aku bisa menghibur dia dan menguatkan dia, “Nak, kamu masih bisa tetap hidup kok di farmasi. Apa? Bakalan di lab terus? Oh nggak kok, masih bisa tidur kira-kira 4-5 jam sehari lah. Makan? Ah 2 hari gak makan masih bisa hidup kan…”
^haha. exaggerating.
Begitulah saudara-saudara. Nah
berhubung oh berhubung aku udah mencapai semester kedua, logikanya secara
mental aku udah siap mendefenisikan apa dan bagaimana menjadi mahasiswa farmasi
-versi aku lahh ya.
Haha…
Nah ceritanya aku mau melawan stereotip masyarakat a.k.a
veteran mahasiswa farmasi yang nggak menganjurkan masuk farmasi. Tapi aku juga
masih rada gak ikhlas gimana gitu kalo nulis ayo masuk farmasi karena masih gak
ngerti logika orang normal yang beneran pengen banget masuk farmasi dalam
keadaan sadarnya. Seriosly WHY?
Haha tapi jangan diambil serius ya karena aku juga mikir
hal yang sama buat jurusan kayak teknik kimia, teknik industri and so on.
Maksud gue, teknik kimia gitu, terus bedanya apa sama kimia dan bahkan
pelajarannya jauuhhhhhh lebih susah. Tapi kan tetep kimia.
Sebagai simple minded, gua pikir pekerjaan tanpa spesifikasi dan nanggung kayak gitu, membingungkan. Bikin gue pengen nanya, TERUS ngapain?
Sebagai simple minded, gua pikir pekerjaan tanpa spesifikasi dan nanggung kayak gitu, membingungkan. Bikin gue pengen nanya, TERUS ngapain?
~yaa OUT of topic deh…
Kembali ke persoalan farmasi.
Farmasi gak ada hapalan itu dusta besar. Farmasi gak ada lab dan praktikum? Itu mahh cuma kuliah di sinetron Indonesia yang notabene gak-pernah-diliatin-kuliah-dan-cuma-hurahura-aja.
Tapi hidup emang penuh perjuangan kan?
Farmasi gak ada hapalan itu dusta besar. Farmasi gak ada lab dan praktikum? Itu mahh cuma kuliah di sinetron Indonesia yang notabene gak-pernah-diliatin-kuliah-dan-cuma-hurahura-aja.
Tapi hidup emang penuh perjuangan kan?
Jadi dokter, masuk fk juga gak gampang. Kuliah di teknik
juga susah. Kuliah di seni, sosial, sastra, meeen semua sama aja beratnya.
Manusia harus berusaha keras untuk mencapai taraf hidup lebih baik (btw taraf
hidup gak meliputi harta aja loh yaa).
Nah itu penjelasan dari aku -> ya maap dah kalo gak memuaskan.
Nah itu penjelasan dari aku -> ya maap dah kalo gak memuaskan.
Haha, faktanya selama kamu enjoy, kamu bakalan baik-baik
aja. Hidup di farmasi emang hectic, tapi gak menutup kemungkinan buat bergerak
secara aktif (kok kayak iklan pembalut yakk). Banyak anak farmasi di kampus
yang jago mengatur waktu dan seimbang antara akademik dan kegiatan
eksternalnya(tapi bukan aku, unfortunately).
Saya pribadi, walaupun sempat mengutuk
keberadaan di farmasi, ternyata akhirnya suka juga sama Farmasi. Menurutku
adalah keajaiban apa yang diciptakan Tuhan dalam bentuk interaksi kimia senyawa
dan sel tubuh kita. Aku pribadi sih mikirnya, aku belajar sesuatu yang nyata,
sesuatu yang terlibat dan benar-benar ada dalam pergerakan hidup kita.
Seolah-olah diajarkan mengenai rahasia-rahasia kehidupan yang selama ini seakan
disembunyikan dariku.
Well, emang bener banyak temen-temen
juga ngeluh. Tapi pikirin deh, Ketika hapalan obat susah mampus, pikirin bahwa
kita gak cuma belajar buat diri kita sendiri, tapi juga buat orang-orang yang
kelak membutuhkan racikan obat dari kita, atau bahkan sekedar butuh konsultasi
kesehatan.
Ya itu kan sangat mulia. Pheewiit.
Ya itu kan sangat mulia. Pheewiit.
Lanjut. Btw, keluhan aku juga nih, farmasi emang seret
cowok. Sumpah, kuliah berasa arisan ibu-ibu(tapi aku juga ikut nimbrung sihh
ehehe). aku juga bingung sih, kenapa cowok gak mau masuk farmasi sih. Menurutku
nih ya kualifikasi logika kefarmasian cocok aja buat cowok. Apa karena farmasi
banyak hapalan, rempong kali ya jeng buat kaum pria.
Tapi gak akhir dunia sih, sama aja kan kayak teknik yang
miskin wanita. Bisa subsidi silang lah ya, hahaha.
Berhubung aku masih semester dua, jadi aku gak terlalu
tahu sih soal gaji, tapi emang masyarakat mikirnya apoteker tuh kayak asisten
dokter, jadi eksistensinya di rumah sakit gak signifikan. Berhubung gaji
membuntuti eksistensi ya jadinya sih farmasi gajinya biasa aja. Ada yang bilang
gak sebanding sama kuliahnya.
Kembali (ceramah) lagi deh, balik ke niat juga kan.
Lagian sekarang gencar kok meningkatkan peran apoteker di rumah sakit, buat
kontrol malpraktek juga. Menurut aku kesananya eksistensi apoteker bakal
meningkat. Terus aku pernah denger juga, “Gak pada tempatnya farmasis
mengharapkan gaji gede di rumah sakit, karena itu lahannya dokter. Kalo mau
gaji gede ya kerja di industri, itu baru lahannya farmasis.”
Hmm, makes sense sih menurutku.
Hmm, makes sense sih menurutku.
Sekarang, aku emang ga ngerti lagi cara mengatur hidup.
Kamar berantakan, kapal pecah bener-bener secara definitif karena aku stress
dengan keteraturan dan hanya ingin membiarkannya berantakan. Jam biologisku
berubah. Aku berubah, jadi power ranger, nggak lah ya, jadi makhluk nokturnal maksud nya. Makan gak
teratur, yang ironis karena menurut pandanganku, kita yang mahasiswa kesehatan
malah bikin jadi gak sehat.
Tapi aku bahagia kok. Karena aku tengah melalui hidup
penuh perjuangan yang gak dialami sama semua orang. Karena aku berkesempatan
mencicipi kehidupan penuh tantangan, penuh perang pemikiran.
Karena sejauh ini (nggak jauh-jauh banget sihh, baru
berapa bulan doang -_-) aku bisa
bertahan dalam kehidupan sebagai mahasiswa farmasi.
Ah… (capek juga ya ngetik
panjang-panjang). Pesan moral pada akhirnya
adalah bersyukur. Btw, buat temen-temen yang emang beneran pengen banget jadi dokter
gak papa, keep going aja, ikut tes lagi tahun ini. Kalo itu memang bener-bener
tujuan hidup kalian, rengkuh. Raih. Gapai. ~jangan menyerah- D massive
Kalo aku sih, udah bahagia disini, kuliah di farmasi. Gak
papa kok kuliah di farmasi, aku rapopo, beneran sumpah lah. Yaa buktinya banyak
juga kan yang mau masuk tiap tahunnya, secara jadi apoteker kan mapan haha
<- sendirinya niat gak bener.
Being a pharmascist is fun indeed. Mahasiswa kesehatan
emang gak terlepas dari menyelamatkan kehidupan, entah itu dokter, apoteker,
suster, atau apapun yaaa kan cuma beda spesifikasinya aja.
Ebuset, aku curcol nya kebanyakan yak (ini mah gak
colongan lagi tapi berniatan). Haha :D
*N d last, Buat yang mau lulus SMA semangat yow
*N d last, Buat yang mau lulus SMA semangat yow